Bleeding Berry
N.Naomi
Bagaimana caranya aku mendeskripsikan
senja yang indah? Kata-kata yang bisa membuat orang bisa ‘merasakan’ hembusan
angin senja, ‘melihat’ guratan warna oranye di langit yang menggelap,
‘mendengar’ burung-burung yang berarak menuju sarang atau ‘merasakan’ senja
indah yang ku alami ketika bertemu dengan gadis itu.
Pada senja itu, sepulang sekolah aku
berlari menuju rumah karena harus bekerja paruh waktu di supermarket.
Disela-sela nafas tersengal, kakiku tiba-tiba melambat. Di depan sana, di dekat
jembatan, seorang gadis berdiri memandang air sungai yang berkilau di bawah
cahaya senja. Tanpa sadar, aku sudah berada di sampingnya. menatapnya dalam
diam. Dia menoleh.
“strawberry”, sahutku tiba-tiba.
Gadis itu hanya diam sambil menatapku. Lalu aku kembali
berlari.
Apa yang sudah aku katakan?!
Strawberry! Arggh, kenapa aku mengatakan ‘strawberry’. Wangi tubuhnya seperti strawberry, dari jauh
wangi itu tercium, jadi aku mengatakannya begitu saja. Laki-laki macam apa aku
ini? tak menyapa gadis cantik dengan kata ‘hai’ atau apalah yang wajar.
Aku memang benar-benar tidak
berbakat bila harus berhadapan dengan seorang gadis. Gadis manapun. Kecuali
gadis jadi-jadian. Buktinya pada pertemuan kedua di supermarket tempatku
bekerja paruh waktu, aku mengatakan hal aneh lagi pada gadis ‘strawberry’ itu.
“se..semuanya 10.000”, kataku sambil membungkus es krim
rasa strawberrynya.
Gadis strawberry itu hanya diam dan mengeluarkan uang
20.000.
“kembaliannya 10.000. strawberry makan strawberry”,
sahutku tanpa sadar.
Kulihat mata gadis itu sedikit
melotot. Apa yang telah ku katakaaannn?!! Tidaak! Seharusnya aku berkata
‘terima kasih’. Rasanya ingin membenturkan kepala ke mesin kasir saat itu
juga.
Keesokan harinya, lagi-lagi aku harus
pulang sambil berlari. Akhir-akhir ini klub baseball sangat sibuk latihan. Sangat melelahkan. Mataku kembali menangkap
sosok gadis itu di samping jembatan. Dia menatap air sungai yang berkilau
dengan mata yang berkaca-kaca. Jangan-jangan dia sedang sedih. Apa yang sedang
ia pikirkan? Dari kejauhan aku berpikir apa yang biasanya seorang gadis SMA
pikirkan? Aku tau! Pasti soal penampilan. Aku yakin gadis strawberry itu sedang
memikirkan penampilannya. Padahal menurutku penampilannya baik-baik saja.
Rambutnya indah tergerai sampai punggung. Dia tidak gendut atau terlalu kurus.
Mukanya manis tidak seperti bapak-bapak.
Ketika sudah berada di sampingnya tiba-tiba aku berkata,
“kau manis, strawberry!”
Gadis strawberry menoleh ke arahku dengan
mulut yang sedikit terbuka. Di matanya penuh air yang siap tumpah. Pasti
pandangannya kabur saat itu. Gadis strawberry tidak mengatakan apa-apa. Lalu
aku pergi begitu saja dan menyadari sesuatu. Apa yang telah ku katakaaann?!!
Aku menyebutnya manis ketika dia sedang sedih?!! Semoga dia tidak salah paham.
Sejak saat itu aku memutuskan untuk
tidak mengatakan apa-apa dihadapannya jika bertemu lagi.
Beberapa hari kemudian badanku
serasa remuk karena dihukum menyabuti rumput di taman sekolah. Aku berjalan
pelan-pelan agar tulang kakiku tetap berada ditempatnya. Aku bertemu gadis
strawberry. Dia menoleh ke arahku lalu berjalan pergi melewati jembatan.
Aku tidak mau mengejarnya lagi dan
berkata hal-hal yang aneh. Aku hanya ingin mengikutinya. Kemana dia akan pergi?
Gadis strawberry masuk ke dalam
apartemen yang tidak terlalu besar namun tidak kumuh. Dia menatapku sebelum
masuk. Aku tidak bisa mendeskripsikan tatapannya. Dia menutup pintu dan
menguncinya.
Sejak hari itu, setiap hari aku
sengaja pulang senja agar aku bisa mengikuti gadis strawberry saat tidak
bekerja paruh waktu. Senjaku berakhir dengan suara pintu yang dikunci oleh
gadis strawberry.
Pernah aku memutuskan untuk
menunggunya keluar di malam hari. Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik
saja. Sekalian memastikan dia tinggal dengan siapa. kupastikan dia tidak
tinggal dengan siapa-siapa karena tidak ada yang keluar dari apartemennya.
Aku juga pernah mengecek tong
sampahnya untuk memastikan dia tidak meminum bir atau produk yang dilarang. Di
tong sampahnya, aku hanya menumukan tumpukan kertas yang telah dicoret-coret.
Aku memutuskan untuk mengambilnya dan membawa kertas-kertas itu pulang.
Di rumah aku membaca kertas-kertas
itu. Isinya seperti sebuah puisi. Kata-katanya indah dan menggambarkan sesuatu
yang tidak aku mengerti.
Di
musim hujan aku berpayung di dekat jembatan
Air sungai deras seperti menyeret sesuatu
Angin bagai menghantam kepalaku
Air sungai deras seperti menyeret sesuatu
Angin bagai menghantam kepalaku
Tak
terdengar suara petir yang menggetarkan hati
Dia datang sambil menatapku
Aku berjalan dengannya bergandengan bersama-sama hujan
Dia datang sambil menatapku
Aku berjalan dengannya bergandengan bersama-sama hujan
Wahai
kekasihku menolehlah
Retakan-retakan itu sudah kuperbaiki
Di satukan dengan cahaya-cahaya senja yang indah
Retakan-retakan itu sudah kuperbaiki
Di satukan dengan cahaya-cahaya senja yang indah
Warna merah itu
selalu membuat mataku terang
Bau asap motormu tersimpan disini
Kemarilah, ambil ini
Bau asap motormu tersimpan disini
Kemarilah, ambil ini
Aku
benar-benar tidak pandai mengartikan sebah puisi. Nilai bahasaku selalu di
bawah rata-rata. Rasanya menyebalkan tidak bisa mengartikan kata-kata gadis
yang kusuka.
Minggu
ini jadwal kerja paruh waktuku penuh. Jadi aku memutuskan untuk tidak menjaga
gadis ‘strawberry’ untuk sementara waktu.
Minggu
berikutnya, aku ‘berkunjung’ ke apartemennya saat malam hari. Aku mendengar
dari luar suara seorang laki-laki yang berteriak-teriak di dalam apartemennya.
Laki-laki itu seperti sedang marah pada seseorang. Tidak! Jangan-jangan
laki-laki itu sedang memarahi gadis ‘strawberry’. Aku memutuskan utnuk mencari
senjata untuk melawan laki-laki jahat itu. Ketika sedang mencari, tiba-tiba,
laki-laki itu keluar dari apartemen gadis strawberry dan pergi menggunakan
motor merah yang mengepulkan asap knalpot bau.
Aku
baru sadar, laki-laki itu adalah orang yang ada dalam puisi gadis strawberry.
Aku yakin dia orang jahat. Mulai hari itu aku memutuskan untuk tidak kerja
paruh waktu untuk menjaga gadis strawberry.
Pada
suatu malam, aku melihat gadis strawberry keluar dan membuang kertas-kertas
bekas. Aku mengambil kertas-kertas itu dan kubawa pulang.
Di
rumah, aku membaca kertas-kertas itu, lagi-lagi berisi puisi yang tidak terlalu
kumengerti.
Pertemuan itu
tidak pernah kulupakan
Tatapan itu seperti haus
Apa dia benar-benar haus atau tidak
Apa aku mangsa yang ia inginkan
Tatapan itu seperti haus
Apa dia benar-benar haus atau tidak
Apa aku mangsa yang ia inginkan
Sekarang dia memaksaku masuk
Masuk ke dalam ketakutan
Aku takut memecahkan sesuatu
Jangan lukai aku
Masuk ke dalam ketakutan
Aku takut memecahkan sesuatu
Jangan lukai aku
Dari
puisi itu aku hanya bisa menyimpulkan, laki-laki yang kemarin berteriak adalah
orang yang berbahaya. Jika aku bertemunya lagi nanti, aku akan menyelakainya.
Keesokan
harinya aku ‘berkunjung’ ke apartemen gadis strawberry dan melihat motor merah
itu terparkir di bawah. Laki-laki itu pasti ada di dalam. Untung saja aku
membawa peralatan untuk membobol kunci rumah dan tongkat bassball. Aku bisa
langsung menolong gadis strawberry ketika dia diserang oleh laki-laki itu.
Aku
berdiri tepat di pintu apartemennya dan mendengar laki-laki itu berteriak
kembali. Ku putuskan untuk membobol pintu rumahnya. Cukup sulit membobol rumah
dengan kunci ganda. Aku membutuhkan waktu 30 menit. Suara laki-laki itu tidak
lagi terdengar, ketika aku masuk ke rumah gadis strawberry.
Di
apartemen gadis strawberry tidak tampak adanya kerusakan akibat keributan. Aku
menuju ruang tengah tidak ada siapa-siapa. Aku menuju dapur tidak ada siapa-siapa.
di balkon juga tidak ada siapa-siapa. jangan-jangan laki-laki itu telah
membunuh gadis strawberry?! Aku menuju kamar tidak ada siapa-siapa. Kemana
perginya mereka? Di meja riasnya ada foto strawberry dan laki-laki itu bersama
laki-laki tua, dan perempuan tua.
“Kreek...”,
suara pintu kamar mandi membuaku menoleh. Aku berjalan perlahan menuju kamar
mandi. Apa-apaan ini?! gadis strawberry
dan laki-laki yang tadi berteriak sedang berciuman. Laki-laki itu terlihat
sangat bernafsu. Badannya membelakangiku. Apa yang sedang ia lakukan pada gadis
strawberry ku?! Sialan! Aku berlari dan menyerangnya dari belakang.
“Buukk!”,
kupukul kepalanya. Laki-laki itu jatuh terkapar penuh darah di kepala. Mata
gadis strawberry membelalak. Tubuhnya bergetar. Lalu berteriak ketakutan.
“Ja..jangan
takut. Aku, aku akan melindungimu, gadis strawberry”, kataku meyakinkan.
Gadis
strawberry hanya menangis sambil memeluk tubuh laki-laki itu.
“Ja..jangan
pegang dia. Dia berbahaya!”, kataku lagi.
“eapa
amu auan ii?!! Amu ia’a?”, tiba-tiba gadis strawberry itu berbicara dengan
tidak jelas. Tidak mungkin. Ternyata gadis strawberry gagu.
“amu
ia’a? ena’a amu utin au erus?”, gadis strawberry terus saja berbicara sambil
menangis. Gadis strawberry menyalahkanku, memakiku, membela laki-laki jahat itu.
Ketika
dia sudah tidak bisa memakiku lagi, dia berdiri menuju telepon rumah. aku yakin
dia ingin menelepon rumah sakit untuk menyelamatkan nyawa laki-laki itu. Kenapa
aku bisa jatuh cinta dengan gadis strawberry yang bodoh? padahal aku melakukan
ini untuk melindunginya. Dia malah memakiku dan menyalahkan aku. Aku
menyelamatkan nyawanya tapi dia malah mematahkan hatiku. Dia sama sekali tidak
berkata terima kasih padaku karena telah menjaganya selama ini. Aku benci dan
mungkin juga dibenci. Aku berfikir
betapa bodohnya aku dan betapa menyebalkannya gadis strawberry itu.
Ketika
sadar, tanganku sudah berlumuran darah gadis strawberry. Tapi, darah itu tidak
berbau strawberry.
“Seharusnya
kau berterima kasih padaku, gadis strawberry”, kataku sambil menutup matanya
yang terbelalak.
Kututup
senja ini dengan suara pintu apartemen gadis strawberry yang kukunci dari
dalam.
FIN