Minggu, 31 Mei 2015

Riddle Story : Aku dan Lisa

Aku dan Lisa

Lisa adalah sahabat baikku. Dia selalu memakai lipstik merah dimukanya. Aku dan dia suka bermain boneka di halaman. 

Suatu hari ibuku membeli bibit bunga matahari. Aku ingin menanamnya di bawah pohon di belakang rumah. Lisa bilang padaku, di situ tempat ayahnya tertidur. Jadi, aku menanam bibit itu di pot kecil. 

Suatu hari aku bermain terlalu larut dengan Lisa. Ayah marah padaku dan menyuruh lisa untuk pergi. Lisa sangat sedih, lalu pergi. Aku sangat rindu lisa. Kemarin ayahku tidak pulang karena sibuk bekerja. 

Hari ini lisa kembali dan meminta maaf padaku. Aku bercerita padanya tentang ayahku yang sibuk bekerja di kantor. Lisa bilang dia melihat ayahku tertidur. Aku harap ayah segera bangun dan pulang hari ini untuk makan malam bersama ibu.

Jawaban dari keanehan: (Lisa adalah hantu. Lisa membunuh Ayahnya sendiri dan Ayahku)
Cerita ini kubuat berdasarkan sebuah buku harian bergambar yang di tulis oleh seorang gadis kecil.

Tersampaikan


TERSAMPAIKAN
Oleh NNaomi 

Untuk Ez

Media sosial memang terkutuk. Sadar atau tidak media sosial membangkitkan sisi munafik sseseorang. Setidaknya itu yang kurasakan.

Aku bercerita tentang kesempurnaan yang tidak pernah aku miliki pada seseorang di media sosial. Aku memasang foto profil yang bukan diriku. Menulis hal yang tidak terjadi padaku. Berbohong pada laki-laki yang mengirim pesan ‘hai’ padaku di pagi hari tahun 2009. Kebohonganku benar-benar membuatnya menderita. Laki-laki itu jatuh cinta pada kebohonganku. 

Ez namanya. maksudku nama akun facebooknya. Jika aku chatting dengan Ez, rasanya bagai mendongeng tentang negeri sihir pada maniak fantasi sihir. Singkatnya, Ez, menikmati cerita tentang diriku yang tidak nyata. Ez benar-benar pendengar yang baik. Keberadaan Ez membuatku menikmati bercerita kebohongan. 

Jika ada yang bertanya seberapa parah aku mengarang cerita tentang diriku, biarku persingkat, karena kebohongan itu terlalu banyak. Aku membuat Ez membayangkanku sebagai gadis yang cantik, baik, mudah bersosialisasi, rendah hati, optimis, riang, sedikit manja, dan memiliki kehidupan yang menyenangkan. Kenyataannya? Aku mungkin sama sekali bukan seperti orang yang Ez bayangkan, atau orang lain bayangkan. Jika aku bisa menganalogikan diriku, akulah elektron yang bermuatan negatif. Negatif adalah diriku.

Bosan dengan kebohongan, aku memutuskan untuk tidak berhubungan dengan Ez. Ku hapus status pertemanan dengannya--walaupun dia mencoba menghubungiku agar bisa berteman lagi di facebook. satu tahun tanpa chatting, email, emoticon, semua obrolan dan kebohonganku lenyap begitu saja. Hingga aku mengkonfirmasi pertemanan dengan akun bernama Ze. 

Ze terlihat seperti penyair profesional. Profilnya hanya berisi tentang puisi-puisi cinta karangannya yang mengharukan, menyentuh, romantis, dan sepertinya dituju untuk seorang gadis. Dalam puisi-puisinya, Ze tergambar seperti orang yang sedang sekarat karena penyakit, namun bahagia karena cinta diwaktu yang bersamaan. 

Awalnya aku menganggap Ze hanya mengarang hidupnya seperti yang kulakukan dulu. Tapi aku berpikir kembali, kenapa Ze repot-repot mengarang kesedihan untuk ditunjukan ke orang lain. Biasanya orang akan menutupi keburukan dengan kebohongan yang baik, sepertiku. 

Hingga suatu hari aku menghubungi Ze lewat chatting. “Puisi-puisimu sangat menyentuh. Semoga kau cepat sembuh.” Tulisku di kotak chatting. Tidak lama Ze membalas, “Syukurlah itu semua sudah tersampaikan. Sekarang aku merasa lega dan merasa sangat senang. Apa kabarmu, Li?”

Sialan, pikirku. Aku tidak menyadarinya kalau ZE kebalikan dari EZ! Aku merasa kesal. Puisi maupun cerita sedih hanya untuk membuatku simpati pada Ez dan menghubunginya kembali. Agar dia bisa membuatku malu karena berbohong, cerita sedih bohongnya secara tidak langsung menyindirku. 

Satu bulan aku tidak membuka facebook karena takut dipermalukan oleh Ez. Hingga akhirnya kubuka lagi dan melihat akun Ze telah di hapus. Ku cari akun Ez yang dulu. Status terbarunya membuatku terdiam. 

Ez menulis status 1 bulan sebelum status terbarunya sekarang,

“Ketika aku mengenal Li, dengan segudang cerita menyenangkannya,  aku merasa Tuhan maha penyayang. Aku hanya perlu berharap dan berdoa lebih lama lagi. Walaupun ini semua akan segera selesai.
Semoga Li baik-baik saja. Aku jatuh cinta padanya. Saat aku menyadarinya aku merasa tenang. Dokter benar, pengobatan kanker terbaik adalah cinta. Keanehan cintalah yang dapat membuat orang melupakan rasa sakit.
orang tuaku bilang, orang tidak mungkin jatuh cinta pada orang lain lewat dunia maya. Mereka menyebut diriku ‘peduli’ pada Li bukan ‘jatuh cinta’ pada Li. Tidak juga. Maksudku, tidak ada satupun yang tau isi hati dirimu selain dirimu sendiri kan?”

Status sebulan setelahnya mengatakan kalau Ez sudah tidak ada dan keluarganya meminta doa pada orang yang mengenalnya.

Saat itu tidak ada doa yang keluar dari mulutku. Aku hanya menutup layar leptopku dan berbaring dengan air mata.

Baru kali itu aku menangisi seseorang yang tidak benar-benar ku kenal.

LA FIN