Kristal Kenangan
By: NNaomi
Malam
ini bulan purnama merajai langit. Menyinari setiap butir kristal salju yang
menyelimuti jalanan, pohon cemara, dan
pinggiran danau es. Raja malam hanya diam melihat dua insan itu berdansa, menari, berlari-larian di atas
danau es yang tidak sepenuhnya membeku. Suara retakan samar-samar terdengar.
Tiba-tiba danau es pecah. Fireila
jatuh tenggelam. Laki-laki itu hanya diam. Matanya menangis. Tapi, bibirnya
tersenyum.
***
Sekarang dinginnya air terasa
seperti merobek kulitnya, lalu menusuk tulangnya. Fireila mencoba untuk
berenang ke atas berharap laki-laki itu mengulurkan tangannya. Tapi, tiba-tiba
tubuhnya kaku tidak bisa digerakan. Dadanya sesak. Jari-jari dan kuku-kukunya
membeku. Dingin sekali. Matanya perlahan terpejam.
Ketika matanya terpejam dia
mengingat pertemuan pertamanya dengan Shane, orang yang dia cintai. Orang yang
mengajaknya berdansa di atas danau es. Orang yang mencoba membunuhnya.
Sementara itu dingin menyelimuti tubuhnya, membekukan peredaran darahnya.
***
Kala itu ada dua kerajaan yang hidup
dalam ikatan yang retak, Icewest dan Icenorth. Retakan itu memercikan api
peperangan sedikit demi sedikit. Percikan api itu membesar menjadi kobaran api
perang yang tak terkendali. Awalnya kerajaan Icewest tidak ingin berperang.
Mereka berperang karena, kerajaan Icenorth menculik Putri Raja, Westyana.
Malam itu purnama. Namun cahaya
bulan tidak menyaingi cahaya dari kobaran api yang melahap rumah-rumah di
kerajaan Icenorth.
Seorang
gadis cantik dengan gaun biru berlarian menelusuri gang sempit rumah-rumah di
kerajaan Icenorth. Darah mengucur deras dari kepalanya. Dia dikejar oleh tiga
pria. Dia harus pergi ke mana pun. Asal tidak kembali ke tempat itu. Tempat di
mana dia dikurung oleh tiga pria itu atau tempat di mana kepalanya di benturkan
ke tembok.
Gadis
itu tidak sanggup lagi berlari, dia mulai menggedor-gedor pintu-pintu rumah
orang untuk meminta pertolongan. Kepalanya pusing, dia sudah tidak sanggup
berdiri apalagi berlari. Dua ketukan saja, gadis itu langsung pingsan.
Seorang
laki-laki membuka pintunya mengira ada pelanggan yang punya permintaan.
Ternyata yang dia lihat adalah seorang gadis berlumuran darah. Tanpa pikir
panjang, laki-laki itu membawanya masuk dan mengobati luka-lukanya.
Cahaya
matahari melintas lurus melalu jendela, mengusik mata yang terpejam. Gadis itu
terbangun. Matanya yang biru berkedip-kedip mencoba melihat ke sekeliling lebih
jelas lagi.
“Kau
sudah sadar?” Tanya seorang laki-laki muda sambil membawa gelas yang harumnya
seperti teh.
“Ini
di mana?” Gadis itu balik bertanya.
Laki-laki
itu terdiam sesaat. Ada yang menggelitik perasaannya. Dia terpesona pada mata
biru itu. Hatinya tertarik pada kecantikan gadis yang berada di depannya.
“Hei
jawab aku, ini di mana? dan siapa kau?” gadis itu bertanya lagi.
“Te..tenang,
kau di rumahku. Apa kau sudah baikan? Lukamu cukup parah”
“Luka?
Apa yang telah terjadi? Aku tidak terlalu mengingatnya”
“Entahlah
mungkin kepalamu terbentur sesuatu dan kau pingsan di depan rumahku. Aku sudah
mengobatimu, tapi kau pingsan selama 3 hari.”
“Terima
kasih. Tapi, aku tidak bisa mengingat apa-apa. Kepalaku pusing.”
“Namaku
Shane, kau...?” Tanya Shane.
“...”
gadis itu hanya diam.
Shane
berpikir mungkin saja gadis ini lupa ingatan karena kepalanya terluka parah.
“aku...
si.. siapa aku? Aah, kepalaku.”
“Jangan
memaksakan diri, mungkin kau lupa beberapa hal. Kau bisa tinggal disini untuk
sementara.”
“Te..terima
kasih. Maaf, aku merepotkanmu”
“Tidak.
Kau tidak merepotkan. Jika aku merasa direpotkan, aku akan bilang”
Gadis
itu mengangguk.
Shane
merasa dialah gadis yang harus ia lindungi. Siapa pun gadis itu, Shane telah
jatuh cinta padanya.
“Kau
menyimpan banyak senjata.” Ucap gadis itu.
“Begitulah.
Sudah ingat sesuatu?”
“Tidak.
Aku tidak bisa mengingat apapun. Ketika aku mencoba memikirkan masa lalu
kepalaku sakit” Jawab gadis itu sedih.
“Kalau
begitu, bagaimana jika aku membuatkan kenangan untukmu. Mungkin saja kenangan
baru itu akan memunculkan ingatan-ingatanmu.”
“Eh?
Benarkah?”
“Entahlah.
Tapi tidak ada salahnya jika mencoba”
“Betul
juga. Baiklah” jawab gadis itu sambil tersenyum .
Senyum
itu membuat jantung Shane berdegup lebih kencang. Senyum itu membuat Shane
bahagia. Senyum itu sekarang berharga baginya.
“Dimulai
dari nama. Kau tidak bisa mengingat namamu. Bagaimana kalau, Fireila? Menurutku
itu cocok karena kau datang ketika rumah-rumah disini terbakar oleh api”
“Hem,
benarkah? Boleh juga” jawab Fireila sambil tersenyum.
“Oke.
Salam kenal namaku Shane”
“Hai
Shane, salam kenal, namaku Fireila. Ngomong-ngomong apa pekerjaanmu?”
“Aku
bekerja sebagai pengabul permohonan”
“Seperti
penyihir?”
“Bukan.
Tapi, pembunuh bayaran”
Fireila
kaget dan terdiam. Jadi senjata-senjata disini telah dipakai untuk membunuh
orang, pikirnya.
Shane
mendekatinya.
“Aku
tidak akan menyakitimu Fireila. Aku akan melindungimu”
“k..
kuharap begitu”
Fireila
tidak menyangka ada orang yang bisa hidup tenang setelah membunuh orang. Apa
orang yang dibunuh Shane marah pada Shane? Bagaimana perasaan orang itu ketika
akan dibunuh oleh Shane dan menyadari kalau dia tidak diinginkan lagi berada di
dunia ini dan lebih baik mati?
Tiba-tiba
Fireila mengingat sesuatu. Bayangan yang samar-samar. Seseorang yang berbicara
padanya.
“Le..lebih
baik mati? Hhh” ucap Fireila tiba-tiba.
“Ada
apa Fireila? Mukamu pucat” Tanya Shane sambil merangkul tubuh Fireila yang
lemas.
“Shane,
ada yang menginginkan aku mati” jawab Fireila lirih.
“Apa
maksudmu?”
Fireila
pingsan.
“Sh..Shane?”
panggil Fireila yang terbaring di ranjang.
Shane
menggenggam erat tangan Fireila. Kepalanya menunduk.
“Fireila,
kau tidak perlu memikirkannya. Aku tidak akan membiarkan seorang pun melukaimu
sedikit pun. Aku akan melindungimu, itu sebabnya kau tidak perlu takut!”
Fireila
terkejut sekaligus senang mendengar Shane akan melindunginya. Walaupun dia
tidak tau siapa Shane sebenarnya dan siapa dirinya sebenarnya, sedikitnya dia
merasa tenang.
“Te..terima
kasih, Shane” Jawab Fireila sambil ikut menunduk. Menempelkan kepalanya pada
kepala Shane.
Sejak
saat itu, mereka tinggal berdua. Shane membuat kenangan-kenangan baru,
memberitahu semuanya tentang perang antar kerajaan kepada Fireila, dan menjaga
Fireila.
Seiring
waktu berlalu, perasaan Fireila kepada Shane berkembang menjadi cinta. Cinta
seorang gadis yang tidak tau siapa dirinya dan tidak tau siapa sebenarnya orang
yang dia cintai.
Setelah
satu bulan tinggal dengan Fireila, Shane menyadari kalau Fireila sebenarnya
adalah Westyana, Putri kerajaan Icewest.
Kerajaan yang selama ini dia perangi. Kerajaan yang selama ini dia benci karena telah
memperbudak orang tuanya. Perasaan cintanya pada Fireila tercampur dengan
kebenciannya pada kerajaan Icewest.
Waktu
terus berlalu, perang terus berlanjut, itu semua tidak bisa lagi menyembunyikan
keberadaan Putri Icewest yang lupa ingatan, tinggal di kerajaan Icenorth. Shane
diperintahkan oleh kerajaaan untuk segera membunuh Putri kerajaan Icewest, yang
tak lain orang yang dia cintai.
Shane
memutuskan untuk tidak membunuh Fireila, karena dia menganggap gadis yang
tinggal di rumahnya bukanlah seorang Putri kerajaan musuh, melainkan gadis
biasa yang dia cintai. Shane lebih memilih untuk pergi meninggalkan Icewest dan
hidup di negeri lain yang jauh bersama Fireila. Shane akan membawa Fireila
pergi.
“Fireila,
aku ingin membawamu ke suatu tempat yang sangat damai. Aku ingin tinggal di sana
bersamamu. Aku ingin kita pergi dari sini agar kau aman. Ikutlah denganku” Ajak
Shane.
“Jika
kau berpikir di sini berbahaya dan lebih baik kalau kita pergi, aku percaya
padamu. Aku akan ikut denganmu” Jawab Fireila sambil tersenyum tulus.
“Syukurlah...Sekarang
aku akan membeli beberapa perbekalan. Kunci pintunya dan jangan bukakan pintu
pada siapa pun, oke?”
“Iya,
tenang saja aku akan baik-baik saja” jawab Fireila.
Setelah
Shane pergi, tiba-tiba ada yang mengetok pintu.
“Westyana!
Aku tau kau di dalam. Aku akan menyelamatkanmu!” teriak seorang laki-laki dari
luar mencoba membuka paksa pintu yang terkunci.
“Si..siapa
di sana?!”
“Ini
aku Stefan! Apa kau baik-baik saja?! Aku akan mencoba untuk masuk.Pintunya
terkunci!”
“Jangan
masuk!” teriak Fireila.
“Jangan
khawatir! Aku akan menolongmu!”
Stefan
mencari jalan lain untuk masuk ke rumah. Akhirnya dia bisa masuk ke dalam rumah
lewat jendela.
“Diam
di situ!” teriak Fireila sambil menodongkan pisau kepada Stefan.
“Westyana!
Syukurlah kau baik-baik saja. Aku mencarimu. Apa yang kau lakukan?” jawab
Stefan.
“We..westyana?
aku bukan Westyana! Aku tidak mengenalmu”
“Oh
tidak! Jangan bilang kalau mereka membuatmu lupa ingatan”
“A..apa
maksudmu?!”
“Tenang
dulu Putri. Aku bisa menjelaskan semuanya aku bisa membuatmu mengingat
semuanya. Tolong dengarkan aku dan taruh pisau itu”
Fireila
berpikir tidak ada salahnya mendengarkan laki-laki itu jika bisa membantunya
mengingat sesuatu. Fireila menaruh pisaunya.
“Aku
akan menjelaskannya dari awal. Kau adalah Westyana, Putri kerajaan Icewest. Kau
bisa membuktikannya sendiri. Di lengan kirimu ada tanda lahir berbentuk diamond
sama persis seperti milik Raja. Tentu saja kau adalah anaknya. Dan aku adalah
Stefan tunanganmu.”
Fireila
mengecek lengannya dan benar ada tanda lahir berbentuk diamond di sana. Kepala Fireila
tiba-tiba sakit. Dalam pikirannya ada bayang-bayang yang memaksa untuk diingat.
Apa yang diceritakan Stefan tidak terdengar asing. Dia merasa itu memang
dirinya.
“Apa
kau mengingat sesuatu? Jika belum aku siap membantumu mengingat semuanya” Tanya
Stefan.
“Tidak.
Hentikan. Kepalaku pusing. Aku tidak yakin tapi mungkin aku adalah Westyana”
jawab Fireila lirih.
“Kalau
begitu ayo kita pergi dari sini. Di sini tidak aman”
“Aku
tidak bisa pergi begitu saja” jawab Fireila.
“Apa
yang kau bicarakan, Tya? Tidak. Jangan bilang kalau kau jatuh cinta pada
pembunuh bayaran itu.”
“....”
Fireila tidak bisa membantah. Dia hanya tidak bisa mengingat lebih jauh lagi.
Perasaannya hanya ingat cintanya pada Shane.
“Kau
benar-benar jatuh cinta padanya..” ucap Stefan dengan nada menyesal.
“Aku
hanya tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi. Aku hanya bisa mengingat
perasaanku padanya. Aku hanya bingung” jawab Fireila.
“Kau
membuat kesedihanku sempurna. Kau melupakan tentang kita dan kerajaanmu akan
terbengkalai karena Raja sedang sakit dan kau—Putrinya, tidak ada untuk
menggantikannya” ucap Stefan.
“A..ayah...”
“Raja
sangat menghawatirkanmu dan jatuh sakit. Dia membutuhkanmu. Ikutlah denganku.
Kita kembali ke tempat di mana seharusnya kau berada” jawab Stefan.
“Stefan
pergilah. Aku akan kembali ke kerajaan. Tapi, tolong tunggu aku. Aku harus
berbicara dengan Shane” ucap Fireila.
“Baiklah,
aku akan pergi. Jangan khawatir aku akan menunggu dan menjagamu dari jauh”
jawab Stefan.
“Te..terima
kasih”
“Sampai
jumpa, Putri” Stefan mencium bibir Fireila, lalu pergi melalui jendela.
Tanpa
diketahui siapapun, Shane berdiri di depan pintu melihat apa yang telah Fireila
lakukan.
“Bagus
Fireila, teruslah membuat aku sakit, agar aku membencimu dan mudah untuk
membunuhmu nantinya” Bisik Shane.
Shane
mengetok pintu.
“Selamat
datang Shane. Ada yang ingin aku bicarakan” sambut Fireila.
“Tolong
jangan sekarang. Ada yang ingin aku tunjukan padamu. Tapi, nanti malam. Aku
akan membuatkanmu kenangan yang terakhir di sini”jawab Shane.
“Ba..baiklah”
***
Sekarang
Fireila tidak lagi bisa memikirkan apapun. Dia sudah merelakan semua. Dinginnya
air sungai telah memeluknya sepenuhnya, menguasai tubuhnya, mencoba untuk
membunuhnya.
Tiba-tiba
panah melecut, menusuk lengan Shane. Shane mengaduh, mencari dari mana asal
panah itu.
“Berani-beraninya
kau melukai Putri yang mencintaimu!” teriak Stefan.
“Dia
bukan seorang Putri di hatiku. Dia orang biasa” jawab Shane lirih.
Stefan
mengabaikannya. Stefan mengikatkan tali ke pinggangnya.
“Prajurit!
Tarik tali ini jika aku sudah menariknya.”
Stefan
menyelam ke dalam danau yang amat dingin. Tubuhnya kaget ketika air membasahi
kulitnya. Stefan tidak peduli. Dia terus menyelam untuk menggapai Fireila yang
tenggelam semakin dalam.
Akhirnya
Stefan berhasil menyelamatkan Fireila. Namun, tubuh Fireila mengalami
hipotermia parah. Nafas dan detak jantungnya sangat lambat. Begitu juga dengan
dirinya.
“Prajurit!
Lepas jubah salju kalian! Selimuti Putri dan kita pergi dari sini”
Mereka
pergi meninggalkan Shane yang tidak bergerak, menangis dalam diam.
***
Kerajaan
Icewest memenangkan perang dan mengajukan sebuah perjanjian dengan kerajaan
Icenorth. Penduduk Icenorth bisa bekerja di kerajaan Icewest sebagai
pengunjung, bukan sebagai budak. Sebagai syarat, penduduk Icewest tidak
diperbolehkan menikah dan memiliki anak dengan penduduk Icenorth karena
perbedaan kasta diantara mereka.
Putri
Westyana telah sepenuhnya sembuh dari amnesia. Pangeran Stefan telah
menikahinya 5 tahun lalu. Mereka memiliki seorang putri kecil dan seorang
pangeran kecil. Kehidupan mereka begitu terasa damai
Tanpa
diketahui siapapun, disebuah malam, Westyana bertemu dengan Shane di balkon
istana.
“Fireila,
aku tahu kau masih mencintaiku” ucap Shane sambil membelai rambut Westyana.
“Aku
sudah menikah dengan Stefan” jawab Westyana.
“Aku
sudah berusaha melupakanmu. Tapi pada akhirnya hati ini tidak bisa berbohong”
“Aku
sudah tidak lagi mencintaimu” sahut Westyana sambil berbalik membelakangi
Shane.
Westyana mencoba untuk menahan perasaannya kepada Shane.
Bukan perasaan benci. Melainkan cinta yang dia kubur dalam-dalam yang sekarang
memaksa untuk tumbuh kembali.
Kristal-kristal es turun perlahan dari langit. Menaburkan kenangan-kenangan masalalu tentang mereka. Menyentuh lembut pikiran. Membangunkan ingatan indah yang telah lama terlelap di balutan selimut neuron.
“Hei, kau tidak bisa membohongiku” ucap Shane lirih
sambil memeluknya dari belakang.
Westyana hanya diam saja.
“Sekarang, dengarkan aku. Sekali lagi menjadi Fireila dan
lupakan perjanjian antar kerajaan. Kau bukan lah seorang Putri di mataku. Kau
orang biasa yang membuatku jatuh cinta”
Perasaan itu semakin memaksa untuk keluar.
“Bercintalah denganku, Fireila” bisik Shane.
Westyana berbalik, memandang mata Shane. Ingin mengatakan
sesuatu.
LA FIN