Minggu, 12 Januari 2014

Sebuah Cerpen: Kristal Kenangan

Kristal Kenangan
By: NNaomi
        Malam ini bulan purnama merajai langit. Menyinari setiap butir kristal salju yang menyelimuti jalanan, pohon cemara, dan  pinggiran danau es. Raja malam hanya diam melihat dua insan itu   berdansa, menari, berlari-larian di atas danau es yang tidak sepenuhnya membeku. Suara retakan samar-samar terdengar.
       Tiba-tiba danau es pecah. Fireila jatuh tenggelam. Laki-laki itu hanya diam. Matanya menangis. Tapi, bibirnya tersenyum.
***
         Sekarang dinginnya air terasa seperti merobek kulitnya, lalu menusuk tulangnya. Fireila mencoba untuk berenang ke atas berharap laki-laki itu mengulurkan tangannya. Tapi, tiba-tiba tubuhnya kaku tidak bisa digerakan. Dadanya sesak. Jari-jari dan kuku-kukunya membeku. Dingin sekali. Matanya perlahan terpejam.
    Ketika matanya terpejam dia mengingat pertemuan pertamanya dengan Shane, orang yang dia cintai. Orang yang mengajaknya berdansa di atas danau es. Orang yang mencoba membunuhnya. Sementara itu dingin menyelimuti tubuhnya, membekukan peredaran darahnya.
***
            Kala itu ada dua kerajaan yang hidup dalam ikatan yang retak, Icewest dan Icenorth. Retakan itu memercikan api peperangan sedikit demi sedikit. Percikan api itu membesar menjadi kobaran api perang yang tak terkendali. Awalnya kerajaan Icewest tidak ingin berperang. Mereka berperang karena, kerajaan Icenorth menculik Putri Raja, Westyana.
            Malam itu purnama. Namun cahaya bulan tidak menyaingi cahaya dari kobaran api yang melahap rumah-rumah di kerajaan Icenorth.
Seorang gadis cantik dengan gaun biru berlarian menelusuri gang sempit rumah-rumah di kerajaan Icenorth. Darah mengucur deras dari kepalanya. Dia dikejar oleh tiga pria. Dia harus pergi ke mana pun. Asal tidak kembali ke tempat itu. Tempat di mana dia dikurung oleh tiga pria itu atau tempat di mana kepalanya di benturkan ke tembok.
Gadis itu tidak sanggup lagi berlari, dia mulai menggedor-gedor pintu-pintu rumah orang untuk meminta pertolongan. Kepalanya pusing, dia sudah tidak sanggup berdiri apalagi berlari. Dua ketukan saja, gadis itu langsung pingsan.
Seorang laki-laki membuka pintunya mengira ada pelanggan yang punya permintaan. Ternyata yang dia lihat adalah seorang gadis berlumuran darah. Tanpa pikir panjang, laki-laki itu membawanya masuk dan mengobati luka-lukanya.
Cahaya matahari melintas lurus melalu jendela, mengusik mata yang terpejam. Gadis itu terbangun. Matanya yang biru berkedip-kedip mencoba melihat ke sekeliling lebih jelas lagi.
“Kau sudah sadar?” Tanya seorang laki-laki muda sambil membawa gelas yang harumnya seperti teh.
“Ini di mana?” Gadis itu balik bertanya.
Laki-laki itu terdiam sesaat. Ada yang menggelitik perasaannya. Dia terpesona pada mata biru itu. Hatinya tertarik pada kecantikan gadis yang berada di depannya.
“Hei jawab aku, ini di mana? dan siapa kau?” gadis itu bertanya lagi.
“Te..tenang, kau di rumahku. Apa kau sudah baikan? Lukamu cukup parah”
“Luka? Apa yang telah terjadi? Aku tidak terlalu mengingatnya”
“Entahlah mungkin kepalamu terbentur sesuatu dan kau pingsan di depan rumahku. Aku sudah mengobatimu, tapi kau pingsan selama 3 hari.”
“Terima kasih. Tapi, aku tidak bisa mengingat apa-apa. Kepalaku pusing.”  
“Namaku Shane, kau...?” Tanya Shane.
“...” gadis itu hanya diam.
Shane berpikir mungkin saja gadis ini lupa ingatan karena kepalanya terluka parah.
“aku... si.. siapa aku? Aah, kepalaku.”
“Jangan memaksakan diri, mungkin kau lupa beberapa hal. Kau bisa tinggal disini untuk sementara.”
“Te..terima kasih. Maaf, aku merepotkanmu”
“Tidak. Kau tidak merepotkan. Jika aku merasa direpotkan, aku akan bilang”
Gadis itu mengangguk.
Shane merasa dialah gadis yang harus ia lindungi. Siapa pun gadis itu, Shane telah jatuh cinta padanya.
“Kau menyimpan banyak senjata.” Ucap gadis itu.
“Begitulah. Sudah ingat sesuatu?”
“Tidak. Aku tidak bisa mengingat apapun. Ketika aku mencoba memikirkan masa lalu kepalaku sakit” Jawab gadis itu sedih.
“Kalau begitu, bagaimana jika aku membuatkan kenangan untukmu. Mungkin saja kenangan baru itu akan memunculkan ingatan-ingatanmu.”
“Eh? Benarkah?”
“Entahlah. Tapi tidak ada salahnya jika mencoba”
“Betul juga. Baiklah” jawab gadis itu sambil tersenyum .
Senyum itu membuat jantung Shane berdegup lebih kencang. Senyum itu membuat Shane bahagia. Senyum itu sekarang berharga baginya.
“Dimulai dari nama. Kau tidak bisa mengingat namamu. Bagaimana kalau, Fireila? Menurutku itu cocok karena kau datang ketika rumah-rumah disini terbakar oleh api”
“Hem, benarkah? Boleh juga” jawab Fireila sambil tersenyum.
“Oke. Salam kenal namaku Shane”
“Hai Shane, salam kenal, namaku Fireila. Ngomong-ngomong apa pekerjaanmu?”
“Aku bekerja sebagai pengabul permohonan”
“Seperti penyihir?”
“Bukan. Tapi, pembunuh bayaran”
Fireila kaget dan terdiam. Jadi senjata-senjata disini telah dipakai untuk membunuh orang, pikirnya.
Shane mendekatinya.
“Aku tidak akan menyakitimu Fireila. Aku akan melindungimu”
“k.. kuharap begitu”
Fireila tidak menyangka ada orang yang bisa hidup tenang setelah membunuh orang. Apa orang yang dibunuh Shane marah pada Shane? Bagaimana perasaan orang itu ketika akan dibunuh oleh Shane dan menyadari kalau dia tidak diinginkan lagi berada di dunia ini dan lebih baik mati?
Tiba-tiba Fireila mengingat sesuatu. Bayangan yang samar-samar. Seseorang yang berbicara padanya.
“Le..lebih baik mati? Hhh” ucap Fireila tiba-tiba.
“Ada apa Fireila? Mukamu pucat” Tanya Shane sambil merangkul tubuh Fireila yang lemas.
“Shane, ada yang menginginkan aku mati” jawab Fireila lirih.
“Apa maksudmu?”
Fireila pingsan.
“Sh..Shane?” panggil Fireila yang terbaring di ranjang.
Shane menggenggam erat tangan Fireila. Kepalanya menunduk.
“Fireila, kau tidak perlu memikirkannya. Aku tidak akan membiarkan seorang pun melukaimu sedikit pun. Aku akan melindungimu, itu sebabnya kau tidak perlu takut!”
Fireila terkejut sekaligus senang mendengar Shane akan melindunginya. Walaupun dia tidak tau siapa Shane sebenarnya dan siapa dirinya sebenarnya, sedikitnya dia merasa tenang.
“Te..terima kasih, Shane” Jawab Fireila sambil ikut menunduk. Menempelkan kepalanya pada kepala Shane.
Sejak saat itu, mereka tinggal berdua. Shane membuat kenangan-kenangan baru, memberitahu semuanya tentang perang antar kerajaan kepada Fireila, dan menjaga Fireila.

Seiring waktu berlalu, perasaan Fireila kepada Shane berkembang menjadi cinta. Cinta seorang gadis yang tidak tau siapa dirinya dan tidak tau siapa sebenarnya orang yang dia cintai.
Setelah satu bulan tinggal dengan Fireila, Shane menyadari kalau Fireila sebenarnya adalah  Westyana, Putri kerajaan Icewest. Kerajaan yang selama ini dia perangi. Kerajaan  yang selama ini dia benci karena telah memperbudak orang tuanya. Perasaan cintanya pada Fireila tercampur dengan kebenciannya pada kerajaan Icewest.
Waktu terus berlalu, perang terus berlanjut, itu semua tidak bisa lagi menyembunyikan keberadaan Putri Icewest yang lupa ingatan, tinggal di kerajaan Icenorth. Shane diperintahkan oleh kerajaaan untuk segera membunuh Putri kerajaan Icewest, yang tak lain orang yang dia cintai.
Shane memutuskan untuk tidak membunuh Fireila, karena dia menganggap gadis yang tinggal di rumahnya bukanlah seorang Putri kerajaan musuh, melainkan gadis biasa yang dia cintai. Shane lebih memilih untuk pergi meninggalkan Icewest dan hidup di negeri lain yang jauh bersama Fireila. Shane akan membawa Fireila pergi.
“Fireila, aku ingin membawamu ke suatu tempat yang sangat damai. Aku ingin tinggal di sana bersamamu. Aku ingin kita pergi dari sini agar kau aman. Ikutlah denganku” Ajak Shane.
“Jika kau berpikir di sini berbahaya dan lebih baik kalau kita pergi, aku percaya padamu. Aku akan ikut denganmu” Jawab Fireila sambil tersenyum tulus.
“Syukurlah...Sekarang aku akan membeli beberapa perbekalan. Kunci pintunya dan jangan bukakan pintu pada siapa pun, oke?”
“Iya, tenang saja aku akan baik-baik saja” jawab Fireila.
Setelah Shane pergi, tiba-tiba ada yang mengetok pintu.
“Westyana! Aku tau kau di dalam. Aku akan menyelamatkanmu!” teriak seorang laki-laki dari luar mencoba membuka paksa pintu yang terkunci.
“Si..siapa di sana?!”
“Ini aku Stefan! Apa kau baik-baik saja?! Aku akan mencoba untuk masuk.Pintunya terkunci!”
“Jangan masuk!” teriak Fireila.
“Jangan khawatir! Aku akan menolongmu!”
Stefan mencari jalan lain untuk masuk ke rumah. Akhirnya dia bisa masuk ke dalam rumah lewat jendela.
“Diam di situ!” teriak Fireila sambil menodongkan pisau kepada Stefan.
“Westyana! Syukurlah kau baik-baik saja. Aku mencarimu. Apa yang kau lakukan?” jawab Stefan.
“We..westyana? aku bukan Westyana! Aku tidak mengenalmu”
“Oh tidak! Jangan bilang kalau mereka membuatmu lupa ingatan”
“A..apa maksudmu?!”
“Tenang dulu Putri. Aku bisa menjelaskan semuanya aku bisa membuatmu mengingat semuanya. Tolong dengarkan aku dan taruh pisau itu”
Fireila berpikir tidak ada salahnya mendengarkan laki-laki itu jika bisa membantunya mengingat sesuatu. Fireila menaruh pisaunya.
“Aku akan menjelaskannya dari awal. Kau adalah Westyana, Putri kerajaan Icewest. Kau bisa membuktikannya sendiri. Di lengan kirimu ada tanda lahir berbentuk diamond sama persis seperti milik Raja. Tentu saja kau adalah anaknya. Dan aku adalah Stefan tunanganmu.”
Fireila mengecek lengannya dan benar ada tanda lahir berbentuk diamond di sana. Kepala Fireila tiba-tiba sakit. Dalam pikirannya ada bayang-bayang yang memaksa untuk diingat. Apa yang diceritakan Stefan tidak terdengar asing. Dia merasa itu memang dirinya.
“Apa kau mengingat sesuatu? Jika belum aku siap membantumu mengingat semuanya” Tanya Stefan.
“Tidak. Hentikan. Kepalaku pusing. Aku tidak yakin tapi mungkin aku adalah Westyana” jawab Fireila lirih.
“Kalau begitu ayo kita pergi dari sini. Di sini tidak aman”
“Aku tidak bisa pergi begitu saja” jawab Fireila.
“Apa yang kau bicarakan, Tya? Tidak. Jangan bilang kalau kau jatuh cinta pada pembunuh bayaran itu.”
“....” Fireila tidak bisa membantah. Dia hanya tidak bisa mengingat lebih jauh lagi. Perasaannya hanya ingat cintanya pada Shane.
“Kau benar-benar jatuh cinta padanya..” ucap Stefan dengan nada menyesal.
“Aku hanya tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi. Aku hanya bisa mengingat perasaanku padanya. Aku hanya bingung” jawab Fireila.
“Kau membuat kesedihanku sempurna. Kau melupakan tentang kita dan kerajaanmu akan terbengkalai karena Raja sedang sakit dan kau—Putrinya, tidak ada untuk menggantikannya” ucap Stefan.
“A..ayah...”
“Raja sangat menghawatirkanmu dan jatuh sakit. Dia membutuhkanmu. Ikutlah denganku. Kita kembali ke tempat di mana seharusnya kau berada” jawab Stefan.
“Stefan pergilah. Aku akan kembali ke kerajaan. Tapi, tolong tunggu aku. Aku harus berbicara dengan Shane” ucap Fireila.
“Baiklah, aku akan pergi. Jangan khawatir aku akan menunggu dan menjagamu dari jauh” jawab Stefan.
“Te..terima kasih”
“Sampai jumpa, Putri” Stefan mencium bibir Fireila, lalu pergi melalui jendela.
Tanpa diketahui siapapun, Shane berdiri di depan pintu melihat apa yang telah Fireila lakukan.
“Bagus Fireila, teruslah membuat aku sakit, agar aku membencimu dan mudah untuk membunuhmu nantinya” Bisik Shane.
Shane mengetok pintu.
“Selamat datang Shane. Ada yang ingin aku bicarakan” sambut Fireila.
“Tolong jangan sekarang. Ada yang ingin aku tunjukan padamu. Tapi, nanti malam. Aku akan membuatkanmu kenangan yang terakhir di sini”jawab Shane.
“Ba..baiklah”
***
Sekarang Fireila tidak lagi bisa memikirkan apapun. Dia sudah merelakan semua. Dinginnya air sungai telah memeluknya sepenuhnya, menguasai tubuhnya, mencoba untuk membunuhnya.
Tiba-tiba panah melecut, menusuk lengan Shane. Shane mengaduh, mencari dari mana asal panah itu.
“Berani-beraninya kau melukai Putri yang mencintaimu!” teriak Stefan.
“Dia bukan seorang Putri di hatiku. Dia orang biasa” jawab Shane lirih.
Stefan mengabaikannya. Stefan mengikatkan tali ke pinggangnya.
“Prajurit! Tarik tali ini jika aku sudah menariknya.”
Stefan menyelam ke dalam danau yang amat dingin. Tubuhnya kaget ketika air membasahi kulitnya. Stefan tidak peduli. Dia terus menyelam untuk menggapai Fireila yang tenggelam semakin dalam.
Akhirnya Stefan berhasil menyelamatkan Fireila. Namun, tubuh Fireila mengalami hipotermia parah. Nafas dan detak jantungnya sangat lambat. Begitu juga dengan dirinya.
“Prajurit! Lepas jubah salju kalian! Selimuti Putri dan kita pergi dari sini”
Mereka pergi meninggalkan Shane yang tidak bergerak, menangis dalam diam.
***
Kerajaan Icewest memenangkan perang dan mengajukan sebuah perjanjian dengan kerajaan Icenorth. Penduduk Icenorth bisa bekerja di kerajaan Icewest sebagai pengunjung, bukan sebagai budak. Sebagai syarat, penduduk Icewest tidak diperbolehkan menikah dan memiliki anak dengan penduduk Icenorth karena perbedaan kasta diantara mereka.
Putri Westyana telah sepenuhnya sembuh dari amnesia. Pangeran Stefan telah menikahinya 5 tahun lalu. Mereka memiliki seorang putri kecil dan seorang pangeran kecil. Kehidupan mereka begitu terasa damai
Tanpa diketahui siapapun, disebuah malam, Westyana bertemu dengan Shane di balkon istana.
“Fireila, aku tahu kau masih mencintaiku” ucap Shane sambil membelai rambut Westyana.
“Aku sudah menikah dengan Stefan” jawab Westyana.
“Aku sudah berusaha melupakanmu. Tapi pada akhirnya hati ini tidak bisa berbohong”
“Aku sudah tidak lagi mencintaimu” sahut Westyana sambil berbalik membelakangi Shane.
            Westyana mencoba untuk menahan perasaannya kepada Shane. Bukan perasaan benci. Melainkan cinta yang dia kubur dalam-dalam yang sekarang memaksa untuk tumbuh kembali.
             Kristal-kristal es turun perlahan dari langit. Menaburkan kenangan-kenangan masalalu tentang mereka. Menyentuh lembut pikiran.  Membangunkan ingatan indah yang telah lama terlelap di balutan selimut neuron.
            “Hei, kau tidak bisa membohongiku” ucap Shane lirih sambil memeluknya dari belakang.
            Westyana hanya diam saja.
            “Sekarang, dengarkan aku. Sekali lagi menjadi Fireila dan lupakan perjanjian antar kerajaan. Kau bukan lah seorang Putri di mataku. Kau orang biasa yang membuatku jatuh cinta”
            Perasaan itu semakin memaksa untuk keluar.
            “Bercintalah denganku, Fireila” bisik Shane.
            Westyana berbalik, memandang mata Shane. Ingin mengatakan sesuatu.
LA FIN



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hargai penulis dengan meninggalkan jejak berupa kritik atau saran.